Senin, 23 Februari 2015

Ketika Ali Masuk Islam

Ketika Ali Masuk Islam

Ali bin Abu Thalib dipelihara oleh anak pamannya, Rasulullah SAW. Ketika wahyu diturunkan kepada Rasulullah SAW, tiba-tiba Ali masuk ke dalam rumah dan mendapatkan Rasulullah dan Khadijah sedang shalat. Dia menyaksikan mereka berdua sedang shalat dengan khusu' dalam gerakan ruku' dan sujud. Ali berhenti dan dengan terheran-heran bertanya kepada mereka berdua.
"Kepada siapakah kalian berdua sujud?"
Rasulullah menjawab,
"Kami bersujud kepada Allah yang mengutusku sebagai seorang nabi dan memerintahku mengajak manusia menyembah pada-Nya."
Rasulullah lau mengajak Ali agar memeluk Islam, agama baru yang di dalamnya manusia menyerahkan permasalahannya kepada Allah Yang Esa, menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-nya. Muhammad lalu membacakan dihadapan Ali sebagian ayat Al-Qur'an yang mudah.
Ali bimbang. Dia ingin bermusyawarah dengan ayahnya. Tentu ini merupakan hal yang tepat, terutama dalam menghadapi masalah yang besar seperti ajakan Muhammad itu. Pada malam harinya Ali bingung dan gelisah hingga pagi datang. kemudian dia menyatakan kepada mereka berdua bahwa dia mengikuti mereka, tanpa pendapat ayahnya, Abu Thalib, Ali r.a lalu berkata,
"Allah menciptakan aku tanpa harus bermusyawarah dengan Abu Thalib. Jadi untuk apa hendak menyembah Allah aku harus bermusyawarah dengan Abu Thalib."
Demikianlah Allah membuka keislaman Ali dan selalu membimbingnya. Suatu saat seorang Yahudi bertanya kepada Ali,
"Dimana Tuhan kita?"
Ali menjawab,
"Yang menciptakan dimana tidak bisa ditanya Dia ada di mana!"
Setelah itu si Yahudi bertanya lagi,
"Bagaimana Tuhan kita?"
Ali menjawab,
"Yang menciptakan bagaimana tidak bisa ditanya bagaimana Ia."
Si Yahudi bertanya lagi,
"Kapan Tuhan kita ada?"
Ali menjawab,
"Sialan, kapan Tuhan kita ada wahai orang Yahudi? Bagi Tuhan, kemudian ada, adalah tidak ada. Pertanyaanmu mestinya menjadi kapan sesuatu yang tidak ada itu menjadi ada. Sedangkan Allah itu ada tanpa ada yang mengadakan. Ada tanpa sebelum, tidak ada yang sebelum-Nya. Dia adalah awal dan akhir.

Sumber: Naufal, Abdurrazaq.1995.Laqad kaana lakum fii Rasulillahi uswatun hasanah.Solo.CV. Pustaka Mantiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar