THORAX
PARU
Dosen Pembimbing
Rosy
Setiawati, dr. Sp. Rad
Disusun oleh:
Hanifah
Ayu Purwanita (011310313003)
DIII Radiologi Fakultas
Kedokteran
Universitas Airlangga
Tahun Akademik
2013/2014
Kata Pengantar
Pertama-tama kami ingin
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami selaku penyusun makalah ini dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Radiografi Thorax Paru” dengan tepat waktu dan lancar.
Kami
juga mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan dosen kami dr. Rosy Setiawati
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah.
Makalah
tentang “Radiografi Thorax Paru” yang kami susun ini mungkin memang jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami selaku penyusun mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Kami
juga berharap bahwa apa yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam menambah wawasan dan pemahaman yang lebih tentang “Radiografi Thorax
Paru”.
Surabaya, 15 Mei 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pemeriksaan
radiologi thorax merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Indikasi
pemeriksaan radiologi thorax banyak sekali. Pada umumnya, para penderita yang
memerlukan pemeriksaan radiografi thorax dapat dibagi dalam tiga golongan: (a)
mereka yang tergolong pemeriksaan massal dada secara rutin; (b) mereka yang
menunjukkan gejala-gejala yang mengarah kepada suatu kelainan di dalam thorax;
dan (3) mereka yang menunjukkan gejala-gejala konstitusionil umum, atau dengan
sesuatu penyakit dalam salah satu bagian lain dari tubuh, yang mungkin
disebabkan atau didapati bersamaan dengan sesuatu kelainan dalam thorax.
(Sudarmo, 1981:251)
Foto
thorax biasanya dilakukan untuk melihat kelainan pada jantung, diafragma,
dinding thorax dan paru-paru. Pada pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen
saat ini dapat dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat
disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan pemeriksan radiologik. Selain itu,
berbagai kelainan dini dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas pada
foto roentgen sebelum timbul gejala-gejala klinis, sehingga pemeriksaan secara
rutin pada orang-orang yang tidak mempunyai keluhan apa-apa sudah menjadi
prosedur yang lazim dalam pemeriksaan kesehatan masyarakat secara massal.
(Rasad, 1998:85)
Fokus
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang pemeriksaan radiologis
thorax untuk melihat kondisi paru atau disebut dengan thorax paru. Posisi pemeriksaan
radiologi thorax paru ada beberapa macam, yaitu: PA (Postero Anterior), AP
(Antero Posterior), lateral dan apical lordotic. Beberapa posisi pemeriksaan
tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
anatomi radiografi paru?
2. Apa
definisi pemeriksaan radiologik thorax paru?
3. Apa
indikasi dan kontraindikasi untuk pemeriksaan radiologik thorax paru?
4. Apa
saja posisi foto untuk pemeriksaan radiologik thorax paru?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui anatomi radiografi paru.
2. Untuk
mengetahui definisi pemeriksaan radiologik thorax paru.
3. Untuk
mengetahui indikasi dan kontraindikasi untuk pemeriksaan radiologik thorax
paru.
4. Untuk
mengetahui posisi foto untuk pemeriksaan radiologik thorax paru.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi Radiografi Thorax
Paru-paru
terletak di dalam rongga dada di kedua sisi mediastinum, terpisah dari perut
oleh diafragma, paru-paru kanan lebih besar dari kiri karena kecenderungan dari
jantung ke sisi kiri. Dalam radiografi thorax normal, beberapa jaringan
paru-paru dikaburkan oleh tulang rusuk, klavikula, jantung, diafragma dan perut
bagian atas dalam proyeksi postero anterior. Paru-paru kanan terbagi menjadi
lobus atas, tengah dan bawah. Sedangkan paru-paru kiri terbagi menjadi lobus
atas dan bawah.
Udara
masuk melalui trakea yang kemudian bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan. Bronkus
utama masuk hilus kemudian terbagi menjadi bronkiolus dan alveolus. Paru-paru
terisi udara, jadi tidak muncul pada radiografi thorax normal.
Gb.1 Anatomi Radiografi Paru,
PA Gb. 2 Anatomi Radiografi Paru, Lateral
Keterangan gambar
a = trakea
b = bronus kiri
c = bronkus kanan
d = fisura horizontalis
e = arteri pulmonalis
f = fisura oblique
g = diafragma
2.2
Definisi Foto Polos Thorax Paru
Foto thorax paru merupakan jenis
pemeriksaan radiologi untuk melihat kondisi anatomi paru yang akan
mengindikasikan kelainan-kelainan pada paru. Thorax terbagi dua oleh
mediastinum di tengah-tengah. Di sebelah kiri dan kanan mediastinum terdapat
paru-paru yang berisi udara, yang oleh karenanya relatif radiolusen (hitam)
bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding thoraks dan bagian atas abdomen
(putih).
Hal-hal berikut yang menjadi kriteria
foto thoraks paru:
1. Diafragma
untuk letak dan bentuknya.
2. Daerah
di bawah diafragma.
3. Letak
daripada trakea dan bayangan-bayangannya.
4. Hili,
untuk bentuk, letak dan besarnya.
5. Lapangan
paru. (Sudarmo, 1981:252)
Foto thorax menggunakan
kV yang bervariasi yaitu:
1.
Low kV 60 – 70 kV
2. Medium
kV 80 – 100 kV
3. High
kV 120 – 150 Kv
Pemilihan
kV sesuai dengan proyeksi foto dan ketebalan pasien/objek yang difoto.
2.3
Indikasi dan Kontrindikasi
1. Indikasi
Indikasi
pemeriksaan thorax paru adalah hal-hal yang dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ini yaitu, radang bronkus, radang paru, abses paru, emfisema,
atelektasis, bronkiektasis, efusi pleura, pneumotoraks, pleuritis, TBC dll.
2. Kontraindikasi
Sedangkan
kontraindikasi pemeriksaan thorax paru adalah hal-hal yang dilarang untuk
melakukan pemeriksaan ini yaitu, wanita yang sedang hamil. Karena dikhawatirkan
dapat menimbulkan kecacatan atau kelainan tertentu pada janinnya
2.3
Posisi Foto
2.3.1 PA
2.3.1 PA
Foto
PA dapat dilakukan dengan erect (berdiri) atau duduk. Pada umunya, pemeriksaan
thoraks adalah posisi PA erect. Karena pada posisi ini apabila ada cairan dalam
paru akan nampak jelas batas-batasnya.
Tujuan
Untuk
memperlihatkan organ rongga dada beserta kelainannya.
Technical Faktor
- FFD
150 cm
- Kaset
35cm x 43cm atau sesuai dengan lebar dada pasien.
- Kolimasi
letakkan pada daerah paru-paru yang akan diperiksa. Lakukan ekspose pada akhir
inspirasi penuh.
Posisi Pasien
- Erect (berdiri
), bagian anterior tubuh menempel kaset. sisi atas kaset
berada 3
cm diatas
margin kulit diatas apex thorax.
- Dagu pasien
diletakkan ditas cassette holder dan
sedikit ekstensi.
- Pasien meletakkan bagian belakang tangan di pinggang
kanan-kiri.
- Bahu dan lengan
diputar ke luar & depan untuk membawa scapula keluar dari cavum
thorax.
- Exposure dilakukan saat pasien
diminta untuk
inspirasi.
·
Posisi Alat
-
Letakkan MSP pada pertengahan kaset.
-
CR diarahkan pada pertengahan kaset
dengan ujung atas kaset harus berjarak sekitar 7-8 cm diatas bahu pasien.
Center Ray
Arah sinar Horizontal. Tegak lurus
kaset.
Center Point
Pada T5-T6
Kriteria
- Tampak gambaran trachea, lungs, arcus aorta dan jantung
- Scapula tidak menutupi gambaran paru-paru
- Kedua costal margin dan sinus costoprenikus tidak terpotong
- Kedua paru simetris dilihat dari jarak costal margin ke columna vertebra
dan jarak acromioclavicular joint simetris
- Tampak juga gambaran thoracal I-VII sebagai indikasi kV yang cukup.
Gb. 3 Posisi Foto Thorax PA Gb. 4 Foto Thorax PA
2.3.2
AP
(Antero Posterior)
Proyeksi
ini digunakan sebagai alternatif untuk posisi PA. Yaitu apabila pasien
mengalami kelainan tertentu seperti sesak nafas, apabila dilakukan foto PA akan
memperburuk keadaan pasien. Teknik radiografi posisi AP sama dengan PA, yang
membedakan adalah arah sinarnya datang dari anterior tubuh pasien. Bagiam
posterior tubuh pasien menempel kaset. Dapat dilakukan dengan erect, supine
atau semi erect.
Gb. 5 Posisi Foto Thorax AP Gb. 6 Foto Thorax AP
2.3.3 Lateral
Yang
sering dilakukan adalah lateral kiri, kecuali jika Bila dicurigai patologi di
paru kanan, ambil foto lateral kanan. Penggunaan kV lebih besar daripada posisi PA dan AP karena objek lebih
tebal.
Tujuan
Untuk memperlihatkan organ rongga dada
dan kelainannya dari lateral.
Technical Factor
- FFD
= 150cm
- Kaset
= 35cm x 43cm atau sesuai dengan ukuran dada pasien
-
Kolimasi letakkan pada daerah
paru-paru yang akan diperiksa. Lakukan ekspose pada akhir inspirasi penuh.
Posisi Pasien
- Berdiri
menyamping bucky stand
- Posisikan
dada menempel kaset di salah satu sisi. Kedua lengan fleksi dan diletakkan di
atas kepala, usahalan true lateral.
Center Ray
Arah sinar Horizontal. Tegak lurus
kaset.
Center Point
Pada
T5-T6
Kriteria
Tampak gambaran paru dari sisi lateral, bagian apex paru
superposisi dengan bahu.
Gb.
7 Posisi Foto Thorax Lateral Gb.
8 Foto Thorax Lateral
2.3.4 Apical
Lordotic
Foto
ini dilakukan untuk melihat apex paru. Karena apabila dilakukan foto PA, AP
atau lateral bagian apex paru tertutup clavicula.
Tujuan
Proyeksi ini intinya untuk memperlihatkan masses di
bawah klavikula.
Technical Factors
-
FFD = 150 cm.
-
Ukuran kaset = 35x35 cm atau sesuai
ukuran dada pasien.
-
Kolimasi letakkan pada daerah
paru-paru yang akan diperiksa. Lakukan ekspos pada akhir inspirasi penuh.
·
Posisi Pasien
-
Pasien berdiri dengan jarak kurang
lebih 1 kaki dari kaset, dan menyondongkan badan ke belakang dengan bahu, leher
dan bagian belakang kepala bersentuhan dengan kaset.
-
Kedua tangan pasien diletakkan
diatas pinggang, kedua telapak tangan menghadap keluar dan bahu ditekuk ke
depan.
·
Posisi Alat
-
Letakkan MSP pada pertengahan kaset.
- CR diarahkan pada pertengahan kaset
dengan ujung atas kaset harus berjarak sekitar 7-8 cm diatas bahu pasien.
·
Center Ray
CR diangulasikan 10˚
- 20˚ ke arah kranial.
Center Point
Pada T5-T6
·
Kriteria
Tampak gambaran dari
apex sampai sinus prenico-costalis kanan-kiri, lapangan paru tampak. Kedua
scapula tidak menutup lapangan paru, tampak diafragma dan jantung.
Gb.
9 Posisi Foto Apical Lordotic Gb. 10 Foto Apical Lordotic
BAB
III
KESIMPULAN
Sebagian besar paru
terdisi udara sehingga pada gambar radiografi tampak radiolusen (hitam). Foto
thorax paru digunakan untuk melihat kelainan-kelainan pada paru. Seperti, efusi
pleura, pneumothorax, TBC dll. Ada beberapa macam teknik yang digunakan yaitu:
posisi PA, AP, lateral dan apical lordotic. Kaset yang digunakan umumnya ukuran
35cm x 43cm atau sesuai dengan lebar dada pasien.eksposi dilakukan pada saat
akhir insirasi penuh, dengan tujuan agar diafragma turun sehingga tidak menutup
batas bawah paru.
DAFTAR PUSTAKA
Purwohudoyo,
Sudarmo, dr. 1981. Diagnostic Rontgen. Jakarta.
Erlangga
Rasad,
Sahriar dkk. 1998. Radiologi Diagnostik.
Jakarta. Gaya Baru
Whitley,
A. S. 2005. Clark’s Positioning.
London. Arnold Publisher